PELET KAYU SEBAGAI SUMBER ENERGI RENDAH EMISI
Tidak ada satupun sumber energi yang memiliki kemampuan sebagai solusi tunggal dari ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Untuk itu diperlukan upaya untuk mengkombinasikan sumber-sumber energi baru dan terbarukan, termasuk pelet kayu. Pelet kayu adalah hasil pengolahan dari kayu bulat atau limbah kayu menjadi serbuk yang dipadatkan sehingga berbentuk silindris dengan diameter 6-10 mm dan panjang 1-3 cm dengan kepadatan rata-rata 650 kg/m3 atau 1,5 m3/ton. Pelet kayu banyak digunakan di Eropa dan Amerika sebagai sumber energi untuk pemanas ruangan pada musim dingin dan energi penghasil listrik (carbon for electricity), serta sebagai sumber energi di rumah tangga untuk keperluan memasak. Pelet kayu menghasilkan rasio panas yang relatif tinggi antara output dan input-nya (19:1 hingga 20:1) dan energi sekitar 4,7kWh/kg.
Video Perbandingan pemakaian Gas sama wood pellet
Penggunaan pelet kayu sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil menghasilkan emisi lebih rendah dibandingkan dengan minyak tanah dan gas. Emisi CO2 dari pelet kayu sekitar sepuluh kali lebih rendah dibandingkan dengan batu bara dan bahan bakar minyak, serta delapan kali lebih rendah daripada gas. Selain emisi CO2 yang dikeluarkan dari hasil pembakarannya rendah, juga berasal dari bahan baku terbarukan yang bersifat carbon neutral. Pelet kayu dapat disebut sebagai carbon neutral karena dianggap tidak menambah emisi CO2 ke atmosfer. Semasa pertumbuhan, pohon ini telah menyerap CO2 dengan jumlah yang diserap dapat lebih besar daripada yang dilepaskan, bahkan bisa menjadi karbon negatif.
International Energy Association Bioenergy Task 40 melaporkan pada tahun 2007 negara-negara di Eropa memproduksi 4,5 juta ton pelet kayu dengan tingkat konsumsi sebesar 5,5 juta ton, terbanyak untuk kelistrikan dan sumber panas. Penggunaan pelet kayu juga telah meluas hingga ke Asia. Setiap tahunnya kebutuhan bahan baku kayu pelet di Korea Selatan mencapai 60 ribu ton dan akan terus meningkat ditengah kebijakan pemerintahnya untuk mensubstitusi bahan bakar batu bara dengan pelet kayu.
Kebijakan Pemerintah Korea Selatan untuk mencari sumber biomassa di luar negeri direspon oleh pebisnisnya dengan menggelontorkan investasi untuk industri pelet kayu di Indonesia. Kebutuhan pelet kayu Korea Selatan sebagian besar dipasok oleh industri pelet kayu Indonesia yang saat ini memiliki kapasitas produksi sebesar 40 ribu ton per tahun. Sementara di dalam negeri, pasar pelet kayu domestik belum terlalu besar. Hal ini disebabkan karena kesadaran yang belum tinggi terhadap bahan bakar rendah emisi, ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar minyak dan gas, dan belum adanya pengembangan teknologi yang memudahkan penggunaannya di tingkat rumah tangga.
Keunggulan Komparatif Indonesia sebagai Penghasil Kayu dari Jenis Pohon Cepat Tumbuh
Mulai meningkatnya konsumsi energi pelet kayu di luar negeri ternyata belum dilirik sebagai kebijakan energi alternatif di Indonesia. Padahal Indonesia adalah negara tropis yang terletak di garis khatulistiwa, dimana sinar matahari sebagai syarat utama pertumbuhan pohon bersinar sepanjang tahun. Keunggulan komparatif ini belum disadari sepenuhnya oleh pengambil kebijakan di Indonesia. Tanaman yang selama ini dikembangkan di Hutan Tanaman Industri (HTI) seperti jenis Akasia (Acacia mangium) dan Ekaliptus (Eucalyptus spp.) dapat mencapai diamater 30 cm hanya dalam waktu lima tahun. Sementara jenis yang sama jika ditanam di iklim sub-tropis membutuhkan waktu 40-60 tahun. Keunggulan komparatif inilah yang seharusnya dimanfaatkan oleh pengambil kebijakan dalam pengembangan energi terbarukan.Bca Juga :
Metode Membikin Wood Pellet atau Pelet Kayu Dengan Serbuk Gergaji
Pabrik Wood Pellet di Surabaya, Jawa Timur
Keunggulan lainnya dalam pengembangan pelet kayu adalah telah dilakukannya upaya pengembangan HTI secara besar-besaran dengan jenis tanaman cepat tumbuh. Hal ini akan menjawab persoalan terkait ketersediaan bahan baku biofuel yang selama ini menjadi salah satu masalah terbesar dalam pengembangannya. Biofuel memang bisa dihasilkan dari jenis tanaman singkong, tebu, nyamplung dan tanaman lainnya, namun ketersediaannya tidak stabil dan tidak dalam skala besar karena berbenturan dengan komoditas pangan. Jikapun ingin dibuat dalam skala besar, kendalanya selalu terdapat dalam pengadaan lahan yang sangat sulit didapat secara luas dan terintegrasi. Oleh karena itu, luas HTI yang telah mencapai 9,9 juta hektar pada tahun 2011 menjadi peluang yang sangat baik dan memungkinkan untuk penyediaan sumber energi pelet kayu.
Bca Juga :
mantabbbb
ReplyDeleteDistributor Wood Pellet [081233206066] Jual Wood Pellet Berkualitas & Harga Terbaik. Berpengalaman & Profesional. Profesional. Berpengalaman. High Quality. Fast Respond. Jenis: Wood Pallet Mill, Straw Pallet Mill, Feed Pallet Mill, Hammer Mill .harga wood pellet export, harga wood pellet dunia 2018, jual wood pellet jogja, pabrik wood pellet di tangerang, wood pellet ciamis, jual wood pellet jawa timur, pembeli wood pellet, pabrik wood pellet di jakarta,
ReplyDelete